08 September 2008

PEACE MAKER

Damai. Sebuah kata yang sungguh indah. Sungguh sebuah situasi yang sangat didambakan oleh setiap manusia. Namun damai bukan merupakan suatu hal yang mudah untuk diwujudkan. Sudahkah ada damai di dalam diri kita? Sudahkah ada damai antara kita dan orang di sekeliling kita? Bahkan, lebih jauh lagi, sudahkah ada damai antara kita dan ‘musuh’ kita?
Untuk dapat menjadi seorang peace maker, terlebih dahulu seseorang harus berdamai dengan Sang Penciptanya yaitu Tuhan, dan tentunya berdamai dengan dirinya sendiri.
Hidup ‘berdamai dengan Allah’ adalah satu pondasi yang kuat untuk sesorang menjadi peace maker. Yesus Kristus adalah Sang Raja Damai. Bahkan Dia rela mengorbankan nyawanya untuk menjadi ‘korban pendamaian’ antara Allah dan manusia. Pengorbanannya di kayu salib menjadi bukti. Sudahkah ada tanda pendamaian Kristus dalam diri kita? Percayalah kepada-Nya dengan segenap hati.
Berdamai dengan diri sendiri juga tak kalah pentingnya. Banyak orang tidak bisa memaafkan dirinya sendiri atas segala kesalahan yang dibuatnya. Banyak orang tidak bisa menerima dirinya sendiri apa adanya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Sudahkah kita dapat berdamai dengan diri kita sendiri? Bila belum, berdamailah saat ini.
Apabila kita telah berdamai dengan Allah dan diri kita sendiri, maka dapatlah kita menjadi seorang peace maker. Tentu bukan hal mudah untuk menjadi peace maker. Apalagi dalam dunia ini kita menghadapi orang-orang dengan beragam latar belakang, tempramen, sifat, kebiasaan, dsb. Ayat di Matius 5:9 menegaskan bahwa orang pembawa damai adalah orang berbahagia. Bahkan mereka lah yang disebut anak-anak Allah. Jadi, kasarnya, kalau orang Kristen tidak suka membawa damai dan tidak suka berdamai dengan sesamanya, maka dia tidak dapat disebut anak Allah.
So, hiduplah berdamai satu dengan yang lain. Butuh kerendahan hati. Jangan bangga apabila kita memliki banyak ‘musuh’ dalam hidup kita. Jadilah seorang peace maker di manapun kita berada, apapun situasinya.
GBU

Tidak ada komentar: